Sepi Pembeli, Pedagang Petasan di Alun-alun Nunukan Tetap Bertahan Jelang Tahun Baru 2025

Daftar Isi
petasan tahun baru


VGI.CO.ID - Menjelang pergantian tahun 2024 ke 2025, suasana di Alun-alun Nunukan, Kalimantan Utara belum menunjukkan geliat yang signifikan. 

Para pedagang petasan dan kembang api yang biasanya mendapat berkah di momen spesial ini justru menghadapi tantangan berupa sepinya pembeli. 

Kondisi ini menarik perhatian, mengingat tradisi perayaan tahun baru yang umumnya identik dengan kemeriahan petasan dan kembang api.

Bertahan di Tengah Sepinya Pembeli

Di sudut Alun-alun Nunukan, sosok pedagang berkaos putih bercorak dengan topi merah yang akrab disapa Zul menjadi saksi dari lesunya perputaran ekonomi jelang tahun baru kali ini. 

Dengan setia, ia telah memarkir gerobak dagangannya selama tiga hari berturut-turut, mengamati lalu lalang kendaraan sembari berharap ada pembeli yang tertarik dengan dagangannya.

"Saya tiap tahun dagang di sini. Saya jual aneka petasan, kembang api, terompet, dan beberapa barang permainan anak yang identik dengan perayaan malam tahun baru," ungkap Zul kepada wartawan. 

Ia membandingkan situasi tahun ini dengan tahun sebelumnya yang jauh lebih ramai, di mana hanya dalam waktu tiga hari, dagangannya sudah banyak yang terjual.

Kepatuhan Terhadap Regulasi Keamanan

Dalam menjalankan usahanya, Zul menunjukkan komitmen untuk mematuhi regulasi yang ditetapkan oleh pihak Kepolisian. 

Ia memastikan bahwa petasan yang dijualnya tidak melebihi batasan ukuran yang diperbolehkan, yakni maksimal 2 inchi dengan berat tidak lebih dari 20 gram. 

Rentang harga yang ditawarkan cukup bervariasi, mulai dari Rp5.000 hingga Rp300.000 per item.

Menariknya, meski memiliki stok petasan dengan harga tinggi mencapai Rp300.000, Zul menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penjualannya. 

"Petasan yang saya jual tidak sampai 2 inchi. Mulai dari harga eceran Rp5.000 sampai yang Rp300.000. Tapi yang Rp300.000 saya tidak jual sembarangan, meskipun ukurannya di bawah 2 inchi," jelasnya dengan penuh tanggung jawab.

Optimisme Menanti Malam Tahun Baru

Meski menghadapi situasi yang kurang menguntungkan, semangat Zul tidak pernah surut. Ia tetap optimis bahwa Alun-alun Nunukan akan kembali ramai saat perayaan malam tahun baru. 

Tekadnya untuk bertahan hingga malam pergantian tahun mencerminkan keyakinannya akan membaiknya situasi penjualan.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Fenomena sepinya pembeli petasan di Alun-alun Nunukan tidak hanya berdampak pada pedagang seperti Zul, tetapi juga mencerminkan dinamika ekonomi yang lebih luas di wilayah tersebut. 

Para pedagang musiman seperti ini seringkali mengandalkan momen-momen khusus seperti tahun baru untuk mendapatkan penghasilan tambahan yang signifikan.

Tradisi penggunaan petasan dan kembang api dalam perayaan tahun baru telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia. 

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tren ini mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan aspek keamanan dan lingkungan.

Upaya Penegakan Keamanan

Pihak kepolisian Nunukan telah mengambil langkah proaktif dalam mengatur peredaran petasan dan kembang api menjelang tahun baru. 

Penetapan batasan ukuran dan berat petasan merupakan bentuk upaya preventif untuk meminimalisir risiko kecelakaan dan gangguan keamanan. 

Regulasi ini tidak dimaksudkan untuk membatasi kegembiraan masyarakat, melainkan untuk memastikan perayaan tahun baru berlangsung dengan aman dan tertib.

Adaptasi Pedagang di Era Modern

Di tengah perubahan preferensi masyarakat dan regulasi yang semakin ketat, pedagang seperti Zul harus beradaptasi dengan berbagai cara. 

Selain mematuhi aturan tentang spesifikasi petasan, mereka juga memperluas varian dagangan dengan menyediakan berbagai pernak-pernik tahun baru yang lebih aman, seperti terompet dan mainan anak-anak.

Kehadiran pedagang musiman seperti Zul di Alun-alun Nunukan tidak hanya sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga menjadi penanda tradisi perayaan tahun baru yang masih bertahan di tengah modernisasi. 

Meski menghadapi tantangan berupa sepinya pembeli, semangat mereka untuk terus berjualan mencerminkan resiliensi pedagang kecil dalam menghadapi berbagai perubahan zaman.***

Posting Komentar